10 Maret 2013


Dibalik Peluncuran buku Negeri Pelangi


Penyanyi Reggae Indonesia, Ras Muhammad, akan meluncurkan buku "Negeri Pelangi" yang mengisahkan refleksi perjalanannya selama mencari akar musik reggae di Ethiopia pada Mei 2012.

"Banyak orang yang mengira bahwa warna rasta (hijau, kuning, merah) yang identik dengan musik reggae adalah warna dari Jamaika, ternyata itu adalah warna bendera Ethiopia," katanya kepada ANTARA di Ambon, Sabtu malam.

Setelah konser musik bertajuk "Maluku Night - Drug Free" yang diselenggarakan Badan Narkotika Nasional (BNN) Maluku, ia menjelaskan semua penelusurannya akan dijelaskan dalam buku "Negeri Pelangi" yang diluncurkan pada Februari 2013.


Dalam pencarian akar musik reggae yang dilakukan dengan mengunjungi Ethiopia itu, ia menemukan banyak kenyataan berbeda dari yang selama ini diidentikkan dengan musik reggae.

"Biasanya reggae dianggap negatif karena identik dengan narkoba, tetapi tidak demikian adanya. Nanti, peluncuran buku itu bersamaan dengan salah satu single saya," katanya, sambil merahasiakan judul album single itu.

Tidak hanya itu, ia juga akan merilis album internasional pertamanya pada Mei 2013 di bawah bendera Oness, label rekaman Jerman.

"Itu adalah album internasional pertama saya yang berada di bawah major label, judulnya masih rahasia, tunggu saja tahun depan akan segera dirilis," ucapnya.

Jauh-jauh datang ke Ambon, penyanyi yang memiliki nama asli Muhammad Edgar tersebut, tampil maksimal di pertunjukan musik Maluku Night - Drug Free itu.

Ia membawakan belasan lagu, di antaranya "One Love", "Jamming", "No Wowen No Cry" yang dipopulerkan oleh Bob Marley, dan "Kugadaikan Cintaku" milik penyanyi legendaris Gombloh.

Ratusan penonton yang memadati Lapangan Merdeka Ambon, berjingkrak-jingkrak mengikuti setiap alunan lagu dari musisi yang telah memulai karirnya sejak tahun 2005 dengan meluncurkan album indie bertajuk "Declaration Of Truth" di New York, Amerika Serikat.

"Ini pertama kali saya ke Ambon, selain daerahnya indah, orangnya juga ramah-ramah," katanya di tengah-tengah konsernya.

Ras Muhammad telah meluncurkan sedikitnya tiga album, yakni Declaration Of Truth, Reggae Ambasador, dan Next Chapter. Dua di antara albumnya direkam secara indie.
Sekelompok orang datang dan membuat onar saat berlangsung peluncuran buku "Negeri Pelangi" karya musisi Ras Muhammad, Minggu (17/2) pukul 20.30 WIB. Lokasi kerusuhan terjadi di Cafe Teebox di seberang Polres Jakarta Selatan.
Salah satu peserta diskusi peluncuran buku, Wenri Wanhar, mengungkapkan sekelompok orang itu membabi buta menyerbu dan membubarkan acara.
"Polisi kabur karena massa banyak sekali datang. Ras Muhammad adalah musisi Reggae. Entah kenapa acaranya dibubarkan," kata Wenri penulis lepas yang juga pengurus Aliansi Jurnalis Independen (AJI) itu.
Wenri mengaku belum mengetahui ada tidaknya korban akibat serbuan tersebut.
Pihak pimpinan Polres Metropolitan Jakarta Selatan menyatakan panitia tidak mengajukan izin resmi peluncuran buku "Negeri Pelangi" karya Ras Muhammad yang berlangsung ricuh.

"Kita tidak dapat pemberitahuan dari panitia peluncuran buku tersebut," kata Kepala Polres Metropolitan Jakarta Selatan Komisaris Besar Polisi Wahyu Hadiningrat, di Jakarta, Senin.

Wahyu mengatakan pihaknya telah meminta keterangan tiga orang saksi terdiri dari dua orang manajemen Kafe Tee Box dan seorang panitia peluncuran, guna menyelidiki sanksi yang akan dijatuhkan terhadap penyelenggara.

Sementara itu, Manajer HRD Kafe Tee Box, Herio menjelaskan manajemen tidak diberitahu panitia penyelenggara adanya rencana peluncuran buku dengan cara menjual tiket.

Herio menyatakan panitia penyelenggara memberlakukan penjualan buku "Negeri Pelangi" untuk dapat menyaksikan peluncuran buku dan penampilan beberapa grup musik rasta.

Selain itu, panitia memesan tempat untuk 75 orang undangan, namun jumlah pengunjung yang datang mencapai 300 orang.

"Panitia tidak memberitahukan adanya penjualan tiket," ungkap Herio.

Sebelumnya, acara peluncuran buku "Negeri Pelangi" karya Ras Muhammad berlangsung ricuh di Kafe Tee Box, Minggu (17/2).

Sejumlah pengunjung terlibat kerusuhan karena pihak pengelola Tee Box dan panitia penyelenggara melarang pengunjung masuk kafe karena kapasitas sudah tidak memadai.

Aparat Polres Metro Jakarta Selatan terpaksa melepaskan tembakan gas air mata, guna membubarkan pengunjung peluncuran buku agar tidak menimbulkan korban jiwa.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogger news

About